Kulit Bawang dan Limbah Pertanian: Sumber Antioksidan Alami yang Tak Terduga
- Masyita Insyra Putri
- 5 hari yang lalu
- 2 menit membaca

Tahukah kamu bahwa kulit bawang yang biasanya kita buang ternyata menyimpan banyak manfaat untuk kesehatan? Di balik tampilannya yang kering dan keras, kulit bawang kaya akan senyawa bioaktif (terutama polifenol) yang memiliki efek antioksidan kuat. Sayangnya, karena bagian ini tidak bisa dimakan, kulit bawang seringkali hanya menjadi limbah dapur.
Namun kini, semakin banyak ilmuwan dan pecinta lingkungan yang mulai melirik potensi luar biasa dari limbah pertanian dan dapur ini. Salah satu pendekatan terbaru yang menarik adalah pemanfaatan biochar, arang hasil pembakaran limbah tanaman seperti ranting anggur (limbah dari perkebunan anggur), untuk menyerap dan mengumpulkan senyawa-senyawa berharga dari kulit bawang.
Kulit Bawang: Harta Karun Nutrisi yang Terlupakan
Onion atau bawang (Allium cepa L.) sudah dikonsumsi manusia sejak ribuan tahun lalu. Selain rasa dan aromanya yang khas, bawang juga dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan seperti mencegah kanker, menjaga kesehatan jantung, bahkan membantu menurunkan berat badan.
Yang mengejutkan, justru bagian kulitnya yang paling kaya akan senyawa antioksidan, seperti quercetin, rutin, dan berbagai bentuk glukosida polifenol lainnya. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa kulit bawang bisa mengandung hingga 10 kali lebih banyak polifenol dibanding daging bawangnya sendiri!
Sayangnya, karena tidak bisa langsung dikonsumsi, kulit bawang sering berakhir di tempat sampah. Ini sangat disayangkan, apalagi di tengah meningkatnya minat masyarakat terhadap makanan fungsional dan alami.
Biochar: Arang Ramah Lingkungan yang Multifungsi
Biochar adalah jenis arang yang dihasilkan dari pembakaran biomassa, seperti ranting tanaman, dalam kondisi terbatas oksigen. Arang ini memiliki struktur berpori dan kaya akan gugus fungsi organik, menjadikannya adsorben alami yang mampu menangkap dan menyimpan senyawa tertentu dari cairan atau lingkungan.
Dalam konteks ini, biochar dari limbah ranting anggur digunakan untuk menyerap polifenol dari ekstrak kulit bawang. Menariknya, biochar menunjukkan kemampuan tinggi dalam "menangkap" senyawa-senyawa ini, khususnya quercetin dan turunannya.
Ekstraksi Ramah Lingkungan dan Efektif
Untuk mengekstrak kandungan polifenol dari kulit bawang, digunakan tiga metode ramah lingkungan: perendaman (maceration), ultrasound-assisted extraction (UAE),Ā dan microwave-assisted extraction (MAE) semuanya menggunakan air deionisasi tanpa bahan kimia berbahaya.
Hasil terbaik diperoleh dari metode ultrasound pada suhu 90°C dan rasio padat-cair 1:100. Metode ini menghasilkan jumlah senyawa antioksidan yang tinggi secara efisien.
Menuju Masa Depan Bebas Limbah
Dengan pendekatan ini, dua jenis limbah yang selama ini tidak dimanfaatkan, kulit bawang dan limbah ranting anggur, bisa diubah menjadi produk bernilai tinggi. Selain membantu mengurangi sampah organik dan emisi gas rumah kaca, inovasi ini juga membuka peluang baru untuk industri makanan, kosmetik, hingga kesehatan alami.
Bayangkan, dari sisa dapur yang biasanya dibuang, kini bisa diperoleh senyawa bernutrisi tinggi yang bisa diproses lebih lanjut untuk menjadi antioksidan alami, suplemen makanan, atau bahkan bahan aktif dalam produk perawatan kulit.
Kulit bawang bukan sekadar limbah. Di balik lapisan-lapisan keringnya, tersimpan kekuatan alami yang luar biasa untuk kesehatan tubuh. Ditambah dengan pemanfaatan biochar sebagai teknologi hijau, ini menjadi bukti bahwa alam selalu menyediakan solusi, asal kita mau mencarinya dengan cara yang bijak dan berkelanjutan.
Pelajari lebih lanjut tentang inovasi produksi SAWA Biochar dan dampaknya terhadap pertanian berkelanjutan.
Comments