Menjaga Kualitas Air Tambak dengan Biochar, Rahasia di Balik Udang Sehat
- Masyita Insyra Putri
- 21 Jul
- 2 menit membaca

Industri budidaya udang kini tengah mengalami perubahan besar. Di tengah permintaan pasar yang terus meningkat, para petambak dihadapkan pada tantangan berat: bagaimana menghasilkan udang berkualitas tinggi tanpa merusak lingkungan dan menguras air?
Biasanya, untuk menjaga kualitas air di tambak, para petambak harus terus mengganti air dalam jumlah besar. Tapi cara ini jelas tidak ramah lingkungan. Tak hanya boros air, tapi juga berisiko mencemari perairan sekitar. Di sinilah peran teknologi bioflokĀ dan biocharĀ hadir sebagai solusi masa depan.
Mengenal Sistem Bioflok: Si Penjaga Keseimbangan Air Tambak
Sistem bioflokĀ semakin populer karena mampu mengolah limbah organik langsung di dalam tambak. Dalam sistem ini, bakteri dan partikel organik saling berinteraksi membentuk floc atau gumpalan kecil yang bisa mengurai amonia (NHāāŗ), nitrit (NOāā»), dan zat beracun lain. Bahkan, gumpalan ini bisa dimakan kembali oleh udang sebagai sumber nutrisi!
Namun, sistem bioflok juga punya tantangan. Jika tidak dikendalikan dengan baik, konsentrasi bioflok bisa terlalu tinggi dan memicu penurunan oksigen, turunnya pH air, serta lonjakan zat beracun. Di sinilah peran karbon organikĀ sangat pentingābiasanya berupa molaseĀ (gula cair dari tebu). Tapi ada alternatif yang lebih cerdas dan ramah lingkungan: biochar.
Biochar: Abu Hitam Ramah Lingkungan yang Bermanfaat untuk Tambak
BiocharĀ adalah karbon hasil pembakaran limbah pertanian (seperti jerami atau sekam) tanpa oksigen. Hasilnya adalah serbuk hitam berpori dengan banyak manfaat:
Kaya karbon
Tidak cepat larut di air
Mampu menyerap zat beracun
Tempat ideal bagi bakteri baik berkembang
Sifat-sifat inilah yang membuat biochar menarik sebagai bahan tambahan dalam tambak berbasis bioflok.
Biochar vs Molase: Siapa yang Lebih Baik?
Sebuah uji coba selama delapan minggu pada udang Penaeus vannameiĀ membandingkan langsung antara tambak yang menggunakan molaseĀ dan biochar. Hasilnya mengejutkan:
Biochar menekan pertumbuhan bakteri patogen seperti Vibrio, yang sering jadi penyebab penyakit udang.
Komunitas bakteri di dalam bioflok lebih beragam dan stabilĀ saat memakai biochar.
Jumlah bakteri pengoksidasi amonia dan nitrit (nitrifier)Ā lebih tinggi dalam tambak dengan biochar.
Kadar amonia (NHāāŗ)Ā dan nitrit (NOāā»)Ā lebih rendah dan terkendali di tambak dengan biochar.
Kadar nitrat (NOāā»)Ā hasil akhir dari proses yang aman bagi udang, justru lebih tinggi, tanda bahwa proses nitrifikasi berjalan optimal.
Udang yang dibudidayakan di sistem dengan biochar tumbuh dengan hasil panen yang memuaskan.
Kenapa Ini Penting?
Udang sangat rentan terhadap perubahan kualitas air. Sedikit saja kadar amonia atau nitrit naik, bisa berdampak buruk pada pertumbuhan, bahkan kematian. Dengan menggunakan biochar:
Air tambak jadi lebih stabil dan sehat.
Penggunaan air lebih efisien karena tidak perlu sering diganti.
Udang tumbuh lebih baik dengan risiko penyakit yang lebih rendah.
Lingkungan sekitar tambak tetap terjaga karena limbah tidak dibuang ke luar.
Masa Depan Budidaya Udang yang Lebih Hijau dan Berkelanjutan
Biochar bukan hanya bahan tambahan biasa, tapi solusi ramah lingkunganĀ yang bisa mengubah cara kita membudidayakan udang. Dengan mengandalkan limbah pertanian yang diubah menjadi biochar, kita sekaligus mendaur ulang sampah organik dan menjaga kelestarian lingkungan perairan.
Bagi para petambak yang ingin menjaga kualitas tambak tanpa boros air dan bahan kimia, biochar bisa menjadi investasi cerdas jangka panjang.
Pelajari lebih lanjut tentang inovasi produksi SAWA Biochar dan dampaknya terhadap pertanian berkelanjutan.




Komentar