Biochar sebagai Solusi Ramah Lingkungan atau Sumber Polutan Tersembunyi
- Masyita Insyra Putri
- 7 Agu
- 2 menit membaca

Biochar selama ini dikenal luas sebagai bahan pembenah tanah yang mampu meningkatkan kesuburan lahan, menahan air, dan mengurangi tekanan lingkungan terhadap tanaman. Banyak petani dan pegiat lingkungan melihat biochar sebagai "emas hitam" bagi pertanian berkelanjutan. Tapi, tahukah Anda bahwa tidak semua biochar itu aman?
Ternyata, jika tidak diproduksi dengan benar, biochar bisa mengandung zat berbahaya seperti logam berat (heavy metals) dan senyawa hidrokarbon aromatik polisiklik (PAHs), dua jenis kontaminan yang berisiko bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Apa Itu PAHs dan Logam Berat?
PAHs (Polycyclic Aromatic Hydrocarbons) adalah senyawa kimia yang terbentuk saat bahan organik terbakar tidak sempurna. Senyawa ini dikenal bersifat karsinogenik, mutagenik, dan beracun.
Logam berat, seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), kromium (Cr), dan tembaga (Cu), dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, mencemari air tanah, dan membahayakan makhluk hidup bila masuk ke rantai makanan.
Sumber Biochar Beragam, Kandungannya Berbeda
Dalam sebuah studi, para peneliti mengolah berbagai bahan organik (disebut feedstock) menjadi biochar, antara lain:
Lumpur limbah (sewage sludge)
Ampas pabrik zaitun
Limbah bulu unggas
Jeroan lunak (soft offal)
Kotoran ayam
Limbah pohon kurma
Setiap bahan ini dipanaskan (proses pirolisis) pada suhu 300, 500, dan 700 °C. Hasilnya? 18 jenis biochar dengan karakteristik yang sangat berbeda.
Apa yang Ditemukan?
Suhu tinggi = PAHs tinggi Semakin tinggi suhu pirolisis, terutama hingga 700 °C, maka biochar yang dihasilkan (terutama dari kotoran ayam) cenderung mengandung PAHs berbahaya seperti:
Benzo[b]fluoranthene
Benzo[k]fluoranthene
Benzo(a)pyrene
Logam berat meningkat dengan suhu Saat suhu pirolisis dinaikkan dari 300 ke 700 °C, terjadi peningkatan signifikan logam berat seperti:
Kromium (Cr) dalam biochar dari lumpur limbah dan ampas zaitun
Mangan (Mn) dari biochar kotoran ayam
Besi, Nikel, Tembaga, dan Seng dari lumpur limbah
Tidak semua logam meningkat Menariknya, kandungan kadmium (Cd) justru menurun dalam biochar dari lumpur limbah saat diproses pada 700 °C, dibandingkan suhu lebih rendah.
Faktor Penentu Kualitas Biochar
Dari hasil ini, terlihat jelas bahwa dua faktor utama yang memengaruhi kandungan zat berbahaya dalam biochar adalah:
Jenis bahan baku (feedstock) Setiap jenis limbah membawa jejak kimia yang berbeda. Lumpur limbah kota, misalnya, cenderung mengandung logam berat lebih tinggi daripada limbah pertanian.
Suhu pirolisis Suhu tinggi memang membuat biochar lebih stabil secara fisik, tetapi juga berpotensi meningkatkan kandungan PAHs dan logam berat tertentu.
Bahaya PAHs: Tak Terlihat, Tapi Mematikan
PAHs adalah ancaman tersembunyi. Meskipun terlihat seperti tanah biasa, biochar yang mengandung PAHs bisa:
Merusak mikroorganisme tanah
Masuk ke tanaman dan menumpuk dalam hasil panen
Mencemari air dan udara saat terurai
Karena itu, penting untuk menguji kandungan PAHs dan logam berat dalam biochar sebelum digunakan secara luas di lahan pertanian.
Solusi: Produksi Biochar Secara Aman
Untuk memastikan biochar aman digunakan, beberapa langkah penting harus diperhatikan:
Pilih bahan baku dengan kadar polutan rendah
Gunakan suhu pirolisis yang sesuai, tidak selalu semakin tinggi semakin baik
Lakukan pengujian laboratorium terhadap kandungan PAHs dan logam berat
Biochar tetap bisa menjadi solusi luar biasa untuk pertanian dan lingkungan, asal diproduksi dan digunakan dengan bijak.
Biochar memang menjanjikan, tapi seperti dua sisi mata uang, ia bisa menjadi penyelamat tanah atau sumber pencemaran baru. Segala manfaatnya hanya bisa dirasakan jika kita paham bahwa proses pembuatannya sangat menentukan kualitas akhirnya. Maka, sebelum menyebarkan biochar di lahan, pastikan dulu, apakah ia benar-benar ramah lingkungan, atau justru membawa racun tersembunyi?
Pelajari lebih lanjut tentang inovasi produksi SAWA Biochar dan dampaknya terhadap pertanian berkelanjutan.




Komentar